Dalam dunia komputer dan teknologi blockchain, istilah "node" sering digunakan untuk menggambarkan elemen penting dalam suatu jaringan. Node bukan cuma sekadar penghubung komputer biasa, di dunia blockchain, mereka adalah "pahlawan" yang memastikan setiap transaksi aman dan valid. Mereka bekerja bareng dalam proses konsensus, semacam voting digital, buat memastikan semua data di jaringan tetap jujur dan tidak bisa dimanipulasi. Memahami peran node dan cara kerjanya dalam sistem terdistribusi akan membantu memahami bagaimana blockchain dapat beroperasi tanpa otoritas pusat.
Apa Itu Node dan Pengertiannya di Dunia Komputer Secara Umum
Node dalam konteks jaringan komputer (computer network) merujuk pada setiap perangkat atau titik dalam suatu jaringan yang dapat mengirim, menerima, atau meneruskan data. Contohnya termasuk komputer pribadi, server, atau perangkat lain yang terhubung ke Internet. Node bisa berupa endpoint seperti komputer pengguna atau titik perantara seperti router yang mengelola lalu lintas data dalam jaringan. Dalam sistem terdistribusi (distributed system), node memiliki peran penting dalam menjaga komunikasi yang efisien dan memastikan bahwa data dapat mengalir tanpa hambatan dari satu titik ke titik lainnya.
Nah, dalam jaringan peer-to-peer (P2P) yang tidak memiliki entitas pengendali sentralistik, semua perangkat yang berpartisipasi dianggap sebagai node karena setiap perangkat dapat bertindak sebagai pengirim maupun penerima data tanpa memerlukan server pusat. Konsep ini banyak dipakai di berbagai bidang, mulai dari sistem berbagi file, komunikasi terenkripsi, hingga teknologi blockchain yang makin populer. Dengan kata lain, node adalah fondasi utama dalam infrastruktur jaringan yang memastikan keterhubungan dan komunikasi antar perangkat.
Apa Itu Node dalam Konteks Blockchain dan Kripto
Dalam blockchain, node memiliki fungsi yang lebih spesifik karena mereka bertugas memvalidasi dan mencatat transaksi dalam buku besar digital yang terdistribusi (distributed ledger). Setiap node dalam jaringan blockchain memiliki salinan data transaksi yang terus diperbarui dan diverifikasi oleh semua peserta dalam jaringan. Hal ini membuat blockchain menjadi sistem yang sangat transparan dan sulit untuk dimanipulasi.
Ada beberapa jenis node dalam blockchain, tergantung pada fungsinya. Full node, misalnya, menyimpan seluruh riwayat transaksi blockchain dan memverifikasi setiap block yang baru ditambahkan. Light node, di sisi lain, hanya menyimpan sebagian data dan bergantung pada full node untuk mendapatkan informasi lengkap. Ada juga mining node atau validator node yang bertanggung jawab untuk memproses transaksi dan membuat block baru melalui mekanisme konsensus seperti Proof of Work (PoW) atau Proof of Stake (PoS).

Peta node blockchain Bitcoin. Sumber: Bitnodes.io.
Node dalam blockchain memastikan bahwa setiap transaksi yang terjadi harus melewati proses verifikasi sebelum dimasukkan ke dalam block yang valid. Tanpa node, blockchain tidak akan berfungsi karena tidak ada entitas yang bertugas mencatat dan menyebarluaskan informasi transaksi secara adil di seluruh jaringan. Dengan kata lain, node adalah tulang punggung sistem blockchain yang menjaga keandalan dan keabsahan data di dalamnya.
Node dan Konsensus serta Analoginya
Konsensus dalam blockchain adalah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa semua node dalam jaringan memiliki salinan data yang sama dan setuju dengan urutan serta validitas transaksi yang dicatat. Tanpa konsensus, setiap node bisa memiliki versi data yang berbeda, yang akan menyebabkan ketidaksepakatan dan bahkan celah untuk tindakan kecurangan. Konsensus dalam blockchain dirancang untuk bekerja secara desentralisasi, sehingga tidak ada satu pihak pun yang bisa secara sepihak mengubah data dalam jaringan.
Terdapat beberapa mekanisme konsensus yang digunakan dalam berbagai jenis blockchain. Proof of Work (PoW) dalam Bitcoin, misalnya, mengharuskan node penambang untuk menyelesaikan perhitungan matematis yang kompleks sebelum dapat menambahkan block baru ke blockchain.
Proof of Stake (PoS) seperti yang digunakan dalam Solana atau Ethereum 2.0, memilih validator berdasarkan jumlah aset yang mereka kunci (locked) dalam sistem. Ada juga Delegated Proof of Stake (DPoS) yang melibatkan pemilihan validator oleh pengguna lain dalam jaringan.
Untuk memahami konsep ini lebih mudah, kita bisa mengambil analogi dari kehidupan sehari-hari. Konsensus dalam blockchain mirip dengan proses pengambilan keputusan di komunitas. Misalnya, dalam sebuah rapat desa, setiap warga bisa memberikan pendapat mereka tentang proyek pembangunan jembatan. Namun, hanya warga yang telah memenuhi syarat tertentu, seperti membayar pajak desa atau memiliki kontribusi aktif, yang suaranya dihitung dalam pengambilan keputusan akhir.
Ini menyerupai Proof of Stake, di mana hanya mereka yang memiliki aset yang di-stake dapat berpartisipasi dalam validasi transaksi.
Analogi lain adalah sistem pemilihan ketua kelas di sekolah. Setiap siswa dapat mengusulkan kandidat, tetapi keputusan akhir bergantung pada suara mayoritas. Dalam blockchain, mekanisme seperti Byzantine Fault Tolerance (BFT) bekerja dengan cara yang mirip, di mana node dalam jaringan harus mencapai kesepakatan kolektif sebelum transaksi dianggap sah. Jika lebih dari dua pertiga dari node setuju, maka transaksi tersebut dapat diterima oleh jaringan secara keseluruhan.
Perbedaan PoW dengan PoS
Proof of Work (PoW) dan Proof of Stake (PoS) adalah dua mekanisme konsensus utama dalam blockchain yang menentukan bagaimana transaksi divalidasi dan block baru ditambahkan.
PoW digunakan dalam Bitcoin dan beberapa blockchain lainnya. Dalam sistem ini, node yang dikenal sebagai penambang harus menyelesaikan teka-teki matematika kompleks menggunakan daya komputasi yang besar. Proses ini membutuhkan perangkat keras khusus seperti ASIC dan konsumsi energi yang tinggi. Keamanan PoW terletak pada kesulitan menulis ulang sejarah transaksi, karena memerlukan mayoritas daya komputasi jaringan.

Contoh perangkat keras berjenis ASIC untuk melakukan mining Bitcoin (BTC) yang menggunakan konsensus PoW.
Sementara itu, PoS memilih validator berdasarkan jumlah aset yang mereka stake atau kunci dalam jaringan. Tidak seperti PoW, PoS tidak memerlukan daya komputasi besar, sehingga lebih hemat energi. Validator yang memiliki lebih banyak aset staked memiliki peluang lebih besar untuk dipilih dalam memvalidasi transaksi dan membuat block baru. Validator ini, seperti pada blockchain Ethereum dan Solana hanya menggunakan komputer server biasa dengan spesifikasi tertentu.

Syarat minimal sebagai validator di blockchain Solana. Sumber: Solana.
PoS lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan PoW, tetapi memiliki tantangan seperti risiko sentralisasi jika hanya segelintir pihak yang menguasai mayoritas token yang staked. Sebaliknya, PoW lebih terdesentralisasi, tetapi mengorbankan efisiensi energi.
Tanpa konsensus, sistem blockchain tidak akan dapat berfungsi dengan benar. Node yang tidak mengikuti aturan konsensus bisa ditolak oleh jaringan atau dianggap tidak valid. Oleh karena itu, keberadaan mekanisme konsensus memastikan bahwa blockchain tetap aman, transparan, dan tidak bisa dimanipulasi oleh pihak tertentu.
Node dan konsensus adalah dua elemen kunci dalam teknologi blockchain yang memungkinkan sistem ini bekerja secara terdesentralisasi tanpa otoritas pusat. Node bertindak sebagai penghubung dan pencatat transaksi, sementara mekanisme konsensus memastikan bahwa semua node memiliki data yang sama dan setuju dengan transaksi yang diproses. Dengan memahami bagaimana node dan konsensus bekerja, kita bisa lebih mengapresiasi bagaimana blockchain menghadirkan transparansi dan keamanan dalam dunia digital.