Beli Kripto
Market
Perdagangan
Futures
Finansial
Promosi
Selengkapnya
Zona Pemula
Masuk

Menelusuri Indikator Bollinger Bands dalam Analisis Teknis Kripto

2025-03-09 02:15:00

Bollinger Bands adalah indikator teknis yang populer dalam trading, terutama di market saham, forex, dan kripto. Indikator ini memberikan gambaran tentang volatilitas harga serta potensi pergerakan harga di masa mendatang. Dengan memahami Bollinger Bands, trader dapat mengidentifikasi kondisi overbought (jenuh beli) dan oversold (jenuh jual) serta menentukan peluang entry dan exit yang lebih optimal.

Sejarah Singkat

Bollinger Bands pertama kali diperkenalkan oleh John Bollinger pada awal 1980-an. Ia menciptakan indikator ini sebagai alat untuk mengukur volatilitas market dan membantu trader dalam mengambil keputusan berdasarkan kondisi market yang sedang berlangsung. John Bollinger mengembangkan konsep ini sebagai respons terhadap keterbatasan indikator teknis yang sudah ada saat itu, terutama dalam mengukur volatilitas yang terus berubah.

Meskipun strategi trading semakin kompleks, Bollinger Bands tetap menjadi indikator favorit trader di seluruh dunia. Konsepnya yang fleksibel dan adaptif membuat indikator ini relevan untuk berbagai jenis market dan instrumen keuangan. Bahkan John sendiri kerap membagikan analisis teknis Bitcoin menggunakan indikator itu. Rincian tentang indikator itu dapat dibaca di laman ini.

Figure 1. 

Contoh penggunaan indikator Bollinger Bands yang dibuat sendiri oleh John Bollinger untuk memproyeksikan harga BTC pada 20 September 2024 silam. Ketika itu ia memproyeksikan skenario bullish bagi kripto bernilai market terbesar itu. Sumber: Akun X resmi John Bollinger

Definisi

Bollinger Bands adalah indikator teknis yang terdiri dari tiga garis utama, yaitu garis tengah (SMA atau Simple Moving Average), garis atas (Upper Band), dan garis bawah (Lower Band). Garis atas dan bawah dihitung berdasarkan deviasi standar dari harga aset yang dianalisis. Dengan kata lain, Bollinger Bands berfungsi sebagai saluran yang membatasi pergerakan harga dalam suatu rentang tertentu.

Saat volatilitas meningkat, Bollinger Bands melebar, menandakan pergerakan harga lebih dinamis. Sebaliknya, ketika volatilitas menurun, Bollinger Bands akan menyempit, menunjukkan bahwa harga sedang dalam fase konsolidasi atau pergerakan yang relatif stabil.

Analogi

Untuk memahami Bollinger Bands dengan lebih mudah, kita bisa mengibaratkannya seperti pita karet yang melingkari harga aset. Ketika harga bergerak naik dengan kuat, pita karet tersebut akan meregang dan melebar. Sebaliknya, ketika harga bergerak dalam rentang yang sempit, pita karet akan menyusut dan menyempit. Jika harga menyentuh batas atas pita karet, maka ada kemungkinan harga akan terkoreksi ke bawah, sedangkan jika harga menyentuh batas bawah, maka ada kemungkinan harga akan naik kembali ke tengah.

Analogi lain yang bisa digunakan adalah Bollinger Bands seperti jalan raya dengan tiga jalur utama. Jalur tengah mewakili rata-rata pergerakan harga, sementara jalur atas dan bawah mewakili batas maksimum dan minimum dari pergerakan harga berdasarkan volatilitasnya. Ketika kendaraan (harga) bergerak terlalu jauh ke sisi jalan (garis atas atau bawah), ada kemungkinan kendaraan akan kembali ke jalur tengah untuk menjaga keseimbangannya.

Struktur

Bollinger Bands terdiri dari tiga elemen utama yang membentuk struktur indikator ini, yaitu:

1.Garis Tengah (Middle Band): Merupakan Simple Moving Average (SMA) dengan periode standar 20 hari. Garis ini berfungsi sebagai acuan utama dalam menentukan tren harga.

2.Garis Atas (Upper Band): Dihitung dengan menambahkan dua kali deviasi standar ke SMA. Garis ini berfungsi sebagai batas atas pergerakan harga.

3.Garis Bawah (Lower Band): Dihitung dengan mengurangi dua kali deviasi standar dari SMA. Garis ini berfungsi sebagai batas bawah pergerakan harga.

Nilai deviasi standar yang umum digunakan adalah 2, namun trader bisa menyesuaikannya sesuai dengan strategi trading masing-masing.

Figure 2. 

Struktur dasar indikator Bollinger Bands untuk BTC pada time frame harian. 

Cara Menafsirkan

Interpretasi atau penafsiran terhadap sinyal di indikator Bollinger Bands dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah mengamati interaksi harga dengan pita atas dan bawah.

Ketika harga menyentuh atau mendekati garis atas (upper band), ini bisa menjadi indikasi bahwa harga sudah mengalami kondisi jenuh beli (overbought), yang berarti ada kemungkinan harga akan terkoreksi turun dalam waktu dekat. Sebaliknya, jika harga menyentuh atau mendekati garis bawah, ini bisa menjadi indikasi kondisi jenuh jual (oversold), yang berarti ada kemungkinan harga akan mengalami kenaikan.

Selain itu, pola penyempitan dan pelebaran Bollinger Bands juga bisa memberikan petunjuk tentang potensi pergerakan harga selanjutnya. Jika pita menyempit, ini menandakan bahwa volatilitas sedang rendah dan ada kemungkinan akan terjadi pergerakan besar dalam waktu dekat. Sebaliknya, jika pita melebar, ini menunjukkan bahwa volatilitas sedang tinggi dan harga mungkin mengalami pergerakan yang lebih liar.

Cara menafsirkan indikator Bollinger Band.

Penerapan dalam Analisis Teknis

Bollinger Bands banyak digunakan dalam berbagai strategi trading, baik untuk trading jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu strategi yang populer adalah Bollinger Bounce, yaitu strategi yang memanfaatkan pantulan harga dari garis atas atau bawah Bollinger Bands.

Trader juga sering mengombinasikan Bollinger Bands dengan indikator lain seperti Relative Strength Index (RSI) atau Moving Average Convergence Divergence (MACD) untuk mendapatkan konfirmasi sinyal trading yang lebih kuat. Misalnya, jika harga menyentuh garis bawah Bollinger Bands dan RSI menunjukkan kondisi oversold, maka ini bisa menjadi indikasi bahwa harga akan segera berbalik arah naik dan berpotensi akan adanya tren naik. Ini dapat ditafsirkan bahwa trader dapat melakukan entri alias akumulasi. Hal sebaliknya dapat dilakukan ketika harga berada di atas upper band.

Selain itu, Bollinger Bands juga dapat digunakan untuk mendeteksi pola breakout. Ketika harga berhasil menembus garis atas atau bawah dengan volume tinggi, ini bisa menjadi indikasi bahwa tren baru akan segera terbentuk. Trader sering menggunakan pendekatan ini untuk menangkap peluang pergerakan harga yang signifikan. Akan tetapi, tidak semua breakout bernilai valid, dan trader biasanya menunggu konfirmasi melalui volume atau pola harga lainnya.

John Bollinger baru-baru ini membagikan pandangannya tentang harga BTC.

“Itu adalah pembalikan penting untuk BTCUSD di Bollinger Band bagian bawah. Seharusnya bagus untuk posisi long dengan target di Bollinger Band tengah dan atas. Masalahnya, ekor yang sangat panjang hari ini tidak memberikan titik logis untuk menetapkan stop-loss yang wajar,” ujarnya di X.

Pendapat John itu menunjukkan bahwa ia melihat sinyal pembalikan arah yang signifikan untuk BTCUSD di Bollinger Band bawah, yang secara teknis sering dianggap sebagai area jenuh jual (oversold). Hal ini membuatnya berpikir bahwa peluang untuk posisi long cukup kuat, dengan sasaran di Bollinger Band tengah dan atas, yang berfungsi sebagai level resistensi dinamis.

Namun, ia juga mencatat adanya kendala, yaitu sumbu bawah (long tail) yang sangat panjang pada candlestick pada hari itu. Ekor panjang ini mencerminkan volatilitas tinggi dan ketidakpastian market, sehingga sulit menentukan titik stop-loss yang wajar. Jika stop-loss terlalu dekat, risiko tersentuh sebelum harga bergerak naik menjadi tinggi. Jika terlalu jauh, potensi kerugian menjadi lebih besar.

Ringkasnya, John melihat peluang entri yang menjanjikan, tetapi ragu karena kurangnya level stop-loss yang jelas untuk manajemen risiko yang optimal.

Selain itu, penerapan analisis teknis dapat dilakukan dalam metode lain. Jadi, ketika candlestick bertahan cukup lama di atas Bollinger Bands pada time-frame harian, ini menandakan adanya tren naik yang kuat. Harga yang terus berada di dekat pita atas menunjukkan tekanan beli yang dominan, mencerminkan momentum bullish yang masih berlangsung. Dalam kondisi seperti ini, market cenderung mempertahankan kekuatannya, dan kenaikan harga masih bisa berlanjut.

Namun, jika harga bertahan terlalu lama di pita atas tanpa koreksi, ada kemungkinan kondisi jenuh beli mulai terbentuk. Jika indikator lain seperti Relative Strength Index (RSI) juga menunjukkan bahwa aset berada dalam zona overbought, maka ada potensi harga akan mengalami koreksi atau setidaknya bergerak sideways sebelum menentukan arah berikutnya.

Dalam beberapa hal, bertahannya harga di pita atas bisa menjadi indikasi bahwa aset sedang dalam fase breakout dan masih berpotensi naik lebih tinggi. Trader biasanya mengamati apakah setelah koreksi kecil, harga tetap bergerak di atas garis tengah Bollinger Bands, yang merupakan Simple Moving Average (SMA) 20 hari. Jika harga terus bertahan di atas garis tersebut, tren naik masih memiliki peluang untuk berlanjut.

Untuk memastikan apakah tren masih kuat atau justru akan melemah, trader sering mengonfirmasi dengan indikator lain seperti RSI atau Moving Average Convergence Divergence (MACD). Jika RSI mulai menunjukkan divergence negatif, di mana harga terus naik tetapi RSI mulai menurun, ada kemungkinan momentum mulai melemah dan koreksi bisa terjadi dalam waktu dekat.

Jadi, candlestick yang bertahan lama di atas Bollinger Bands pada time-frame harian lebih sering mengindikasikan tren naik yang kuat, tetapi trader tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi, terutama jika muncul tanda-tanda pelemahan momentum.

Kelemahan

Meskipun Bollinger Bands merupakan indikator yang sangat berguna, namun tetap memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah sifatnya yang bersifat lagging, karena indikator ini didasarkan pada data harga historis. Oleh karena itu, Bollinger Bands tidak selalu bisa memprediksi pergerakan harga dengan akurasi tinggi.

Tetapi, pelaku market menyebut indikator ini sebagai indikator "responsif" daripada sekadar "lagging", karena Bollinger bands dapat melebar dan menyempit sesuai volatilitas saat ini.

Selain itu, ada kemungkinan munculnya false signals, terutama ketika harga tampak menembus batas atas atau bawah namun kemudian kembali ke dalam rentang normal. Hal ini dapat membuat trader mengalami kesulitan dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar dari market. Namun demikian, bahwa ini sering terjadi dalam market yang tidak memiliki momentum kuat.

Untuk mengatasi kelemahan ini, banyak trader yang mengkombinasikan Bollinger Bands dengan indikator lain atau menggunakan time frame yang lebih panjang untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tren market.

Bollinger Bands tetap menjadi alat yang kuat dalam analisis teknis, namun seperti halnya indikator lainnya, penggunaannya harus disertai dengan manajemen risiko yang baik agar tidak terjebak dalam sinyal palsu yang dapat merugikan.

Sebelumnya
Amankan Cuan Kripto Kamu: Lock CET dan Raih 250.000.000 DINGO!
Selanjutnya
Copy Trading: Pengertian dan Penerapan Efektif di CoinEx
Sesuai dengan persyaratan peraturan dari departemen terkait tentang aset kripto, layanan kami tidak lagi tersedia untuk pengguna di wilayah alamat IP Anda.